Kisah Tarikan ‘Mistis’ Pohon Sukun Sebagai Cikal Bakal Ilham Soekarno atas Pancasila
LINK VIDEO IS HERE
Bicara soal Pancasila, ternyata dulu ada kejadian unik saat Soekarno mencoba merumuskannya. Salah satunya adalah pohon sukun tempat beliau merenung. Lalu ada rahasia apa Seokarno dan pohon sukun tersebut? Simak ulasan berikut.
Bicara soal Pancasila, ternyata dulu ada kejadian unik saat Soekarno mencoba merumuskannya. Salah satunya adalah pohon sukun tempat beliau merenung. Lalu ada rahasia apa Seokarno dan pohon sukun tersebut? Simak ulasan berikut.
Sejak Indonesia berdiri, Pancasila jadi sebuah dasar hukum
yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan. Bagaimana tidak, pasalnya di sanalah
segala aspek yang dibutuhkan bangsa Indonesia ditemui. Bisa dibilang kalau
Pancasila jadi sebuah pemikiran luhur yang harus dijaga hingga
generasi-generasi mendatang.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidatonya yang
bersejarah dalam rapat besar Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Pidato ini mendapat sambutan luar biasa dan akhirnya menjadi
cikal bakal lahirnya Pancasila yang disepakati bersama menjadi dasar negara. Di
tanggal itu pula lah, bangsa Indonesia kini memperingati hari lahirnya
Pancasila.
Penggunaan kata “Pancasila” dikenalkan pertama kali secara
luas oleh Bung Karno dalam pidato itu.
Dia menjelaskan panjang lebar soal perlunya Indonesia
memiliki sebuah pedoman hidup berbangsa dan bernegara seperti yang dimiliki
negara lain setelah merdeka.
Ada lima butir konsep yang ditawarkan Bung Karno saat itu,
yakni kebangsaan Indonesia, internasionalisne atau perikemanusiaan, mufakat
atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Seperti dikutip dalam buku “Lahirnya Pancasila, Kumpulan
Pidato BPUPKI”, Bung Karno menolak sistem monarki yang mewariskan kekuasaan
berdasarkan garis keturunan. Dia percaya, demokrasi adalah sistem terbaik dan
sesuai dengan ajaran agama Islam.
“Saya tidak akan memilih monarki ‘vooronderstelt
erfelijkheid’ – turun temurun. Saya orang Islam, saya Demokrat, karena saya
orang Islam saya menghendaki mufakat. Tidakkah agama Islam mengatakan bahwa
kepala-kepala negara baik khalif maupun amirul mu’minin harus dipilih oleh
rakyat?”
Bung Karno juga menolak kebangsaan yang bersifat sempit
seperti chauvinisme seperti yang berkembang di negata barat.
Dia menyatakan, kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan
menyeluruh dari Sumateta hingga Irian, tidak ada kebangsaan Pasundan, Bugis,
Minangkabau, dan lainnya. Yang ada adalah bangsa Indonesia.
Dari hasil perenungannya selama di Ende, Bung Karno juga
merumuskan Pancasila dengan menyertakan unsur relijius.
Hal ini terlihat dalam prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang
ditawarkannya sebagai dasar negara. Akan tetapi, prinsip Ketuhanan yang
disampaikan Bung Karno lebih bersifat sosiologis.
Dia menghormati cara beribadah masing-masing agama yang
berkembang di Indonesia. Maka dari itu, dia tidak menawarkan prinsip ketuhanan
berdasarkan agama tertentu untuk memberikan keluasan kepada umat beragama di
Indonesia menjalankan kepercayaannya.
“Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni
dengan tiada ‘egoisme agama’. Dan hendaknya negara Indonesia satu negara yang
ber-Tuhan!” tukas Bung Karno disambut tepuk tangan hadirin.
Pohon Pancasila Perenungan Bung Karno (Pengasingan jadi bibit awal terlahirnya cikal bakal
Pancasila)
Apabila anda adalah seorang putra Ende, Flores, sudah
seharusnya anda sungguh berbangga hati.
Pohon Sukun, dengan pemandangan lepas ke Teluk Ende. Langit
yang biru dengan awan yang putih. Di Pulau Flores yang sepi, aku menghabiskan
waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon. Merenungkan ilham yang
diturunkan Tuhan, yang dikenal dengan Pancasila." ujar Soekarno dalam buku
Soekarno, An Autobiography As Told To Cindy Adams.
Saat itu Soekarno tidak menyebut ilham yang didapatkan dari
Tuhan itu serta merta bernama Pancasila.
"Lima Mutiara yang Indah" Itulah cikal bakal dari
sebuah Ideologi Negara. Lima dahan pohon sukun yang menjadi satu. Ilham
sekaligus inspirasi seorang visioner bernama Soekarno. Cindy Adams sangatlah
beruntung. Kolumnis kelahiran Manhattan, New York dengan perangainya yang
humoris berhasil membukukan sebuah catatan penting akan sebuah proses lahirnya
sebuah ideologi negara. Saya hanya bisa membayangkan sebuah scene. Seorang
Orator, Bapak Negara. Dengan sebuah romantisme dan kecintaanya pada sebuah
negara bernama Indonesia. Pemikiran yang mendalam. Tentu, ucapan dan ceritanya
akan menggebu. Dan seorang Cindy Adams beruntung untuk bisa mendengarkan secara
langsung sebuah proses dari sejarah.
"Malam itu aku menggali. Menggali di dalam ingatan ku
(ingatanku). Menggali didalam ciptaku. Menggali didalam khayalku. Apa yang
terpendam, di dalam Bumi Indonesia ini. Agar supaya, sebagai hasil dari
penggalian itu, dapat dipakainya sebagai dasar negara Indonesia yang akan
datang. Sudah terbukti, bahwa Pancasila, yang saya (Soekarno) gali, dan saya
persembahkan kepada Rakyat Indonesia, bahwa Pancasila adalah benar-benar satu
dasar yang dinamis".
Cuplikan teks tersebut adalah pidato Soekarno di depan
Dokuritsu Zunbi Tyosakai (BPUPKI) saat ia mendapatkan giliran untuk
mengemukakan gagasannya tentang sebuah dasar Indonesia Merdeka pada 1 Juni
1945. Sidang yang berlangsung dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 ini
guna menjawab sebuah pertanyaan dan kesiapan Indonesia menuju kemerdekaan. 5
prinsip dasar negara. Anda dapat membaca salinan teksnya lengkap disini dan
melihat rekaman sosok yang sangat inspiratif dan keteguhan hatinya di bawah ini.
Ada satu hal lagi yang menarik mengenai terilhaminya
Soekarno mengenai Pancasila di Ende. Tepatnya setelah berkali-kali berkirim
surat dengan tokoh Islam di Bandung bernama T. A. Hassan dan berdiskusi cukup sering
dengan pastor Pater Huijtink, belau akhirnya terpikirkan mengenai Pancasila
sebagai pemersatu keberagaman.
Hingga akhirnya beliau merenungkannya di bawah sebuah pohon
sukun yang rindang dan menganggapnya memiliki sebuah tarikan mistis. Sembari
melihat keadaan alam yang indah, tercetuslah dirinya membuat gerakan revolusi
yang baru. Sampai saat ini tempat bekas pohon sukun yang sempat disinggahi
Soekarno ini masih jadi tempat yang dihormati, lantaran di sanalah cikal bakal
Pancasila terilham dalam diri putra fajar
Loading...
0 Response to "Kisah Tarikan ‘Mistis’ Pohon Sukun Sebagai Cikal Bakal Ilham Soekarno atas Pancasila"
Posting Komentar